Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia.
Bukan karena aku tidak ingin
kamu bahagia, melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.
Itu
menyakitkan, seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadar.
Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk, supaya aku dapat melihat Tuhan
memakai kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan, sehingga doa dapat
melahirkan semangat dan kemudian buatku bangkit.
Namun ketahuilah
sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu, ini darahku mengalir membawa
bayang-bayangmu mengelilingi tubuhku dan jantungku berdenting demi kau
menari-nari di pikiranku.
Ada satu hal yang sampai hari ini masih
membuat aku bangga menjadi aku, itu karena aku mampu terima kamu apa
adanya.
Aku meminta ampun kepada Tuhan, sebab aku pernah berharap kalau
suatu saat, ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu, aku
ingin tak pernah lagi menginjak bumi.
Sebab hidup jadi terasa bagaikan
dinding yang dingin.
Aku harus menjadi paku, sebab kamu bagai lukisan
dan cinta itu palunya.
Memukul aku, memukul aku dan memukul aku sampai
aku benar-benar menancap kuat.
Pada akhirnya, semoga, tidak kamu
lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam pejamku sebelum
pulas.
(Karya: Zarry Hendrik)
Dan ya, aku sungguh berdoa, Semoga Tidak Kamu Lagi... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar